.png)
Tapi ya sudahlah. Ingat pesan almarhum Ayahmu. Katanya, putih itu supaya kamu selalu waspada. Supaya kamu tidak sembarang duduk, tidak sembarang bersandar. Supaya kamu terbiasa merawat, terbiasa membersihkan. Sebab hidup ini bukan soal menjaga sesuatu tetap putih selamanya, tapi soal bagaimana kau merawatnya dengan sepenuh hati. Dan nanti, kalau putihmu harus ternoda juga, biarlah itu karena kesungguhanmu—karena kau telah berusaha, karena kau telah bergerak, karena kau telah jatuh dan bangkit lagi. Bukan karena kau takut melangkah, takut berbuat, atau takut gagal. Sebab justru di situlah putihmu diuji—bukan pada seberapa lama ia bersih, tapi pada seberapa tekun, seberapa gigih, dan seberapa sabar kamu dalam menjaganya, meskipun tahu pada akhirnya ia akan ternoda juga.
Putih yang Kau Jaga Sejak Kecil
Dulu, setiap kali ibumu membelikan kemeja putih untuk seragam sekolah, Ayah akan duduk di tepi tempat tidur, memperhatikanmu mengenakannya. "Jangan makan sambil berlari, nanti kena saus," katanya, sambil tersenyum tipis. Saat itu, kamu mengira itu hanya peringatan biasa. Tapi semakin bertambah usia, kamu sadar, Ayah sedang mengajarimu sesuatu yang lebih dari sekadar menjaga kerapihan pakaian.Putih, kata Ayah, adalah tentang tanggung jawab. Setiap kali kamu mengenakannya, kamu harus lebih berhati-hati. Jangan sembarang duduk di bangku kotor. Jangan bersandar pada dinding berdebu. Jangan mengabaikan noda sekecil apa pun. Karena begitulah hidup. Semakin besar tanggung jawabmu, semakin harus kamu rawat dengan baik.
Saat Putihmu Tak Lagi Bersih
Tapi hidup tak selalu bisa dijaga seperti warna putih yang baru dicuci. Seiring berjalannya waktu, kemeja putihmu mulai memudar. Kerahnya menguning, serat kainnya mulai menipis. Kamu pernah berusaha mencucinya berkali-kali, mencoba berbagai cara agar tetap tampak seperti baru. Tapi akhirnya kamu sadar: tidak ada yang bisa putih selamanya. Tak peduli seberapa hati-hati kamu menjaganya, tak peduli seberapa sering kamu mencucinya.Di situlah Ayah benar. Hidup bukan tentang menjaga putih tetap bersih selamanya, tapi tentang bagaimana kamu merawatnya dengan sepenuh hati. Seperti ketika Ayah menepuk bahumu suatu hari, berkata pelan, "Kamu tidak harus selalu bersih. Kadang, noda itu ada supaya kamu belajar bagaimana menghadapinya."
Putih yang Harus Ternoda untuk Mengerti
Sekarang kamu paham. Hidup ini tak seperti kemeja putih yang bisa selalu dicuci bersih. Ada luka, ada kesalahan, ada kegagalan yang meninggalkan bekas. Tapi justru di situlah nilai putihmu diuji—bukan pada seberapa lama ia bertahan tanpa noda, tapi pada seberapa besar usahamu untuk tetap merawatnya.Maka, jika suatu hari putihmu ternoda, jangan takut. Jangan merasa gagal. Sebab warna putih sejatinya bukan untuk mereka yang takut kotor, tapi untuk mereka yang berani membersihkan, merawat, dan menerima bahwa dalam hidup, tak ada yang bisa tetap sempurna selamanya.
Posting Komentar